SULOH DAN SAYAM

SULOH DAN SAYAM

SULOH DAN SAYAM
Suloh dan Sayam

SULOH DAN SAYAM - Istilah diat (diet), sayam, dan suloh hampir sama fungsi, makna, maksud, dan tujuannya. Ketiga frasa ini sering disebut dalam kaitannya dengan upaya penyelesaian damai terhadap sengketa-sengketa berdarah dalam tata pergaulan masyarakat Aceh di gampong-gampong.

Istilah diet lebih bersifat pengganti qishash, karena pihak yang bersalah ternyata dimaafkan oleh keluarga korban, dan maknanya lebih mengarah pada ganti rugi.
Sedangkan sayam dan suloh lebih berfungsi pada penegakan keseimbangan (equilibirium) antarkeluarga atau antarpihak, karena keharmonisan mereka sempat terganggu disebabkan perkelahian/pertikaian yang berdarah.

Apabila ada dua orang atau lebih bersengketa/berseteru,sehingga timbul perkelahian menggunakan parang/senjata atau benda-benda lain yang menyebabkan ada korban berdarah (luka dan atau meninggal), maka dalam budaya Aceh perkelahian itu dapat diselesaikan melalui jalan damai yang dilakukan oleh orang-orang tua (perangkat
adat gampong).

Apabila upaya damai sudah disepakati, maka seluruh dendam kesumat dihilangkan. Bahkan, mereka yang tadinya berseteru atau berkonflik, menjadi bersaudara yang
amat erat. Sedangkan kepada pihak keluarga korban diberikan semacam pengganti (kompensasi) dalam bentuk hewan (kambing) sesuai dengan kemampuannya dan
keputusan orang-orang tua, pemangku adat.

Pada acara tersebut dilakukan peusijuek (tepung tawar)serta makan bersama, kemudian mendengarkan nasihat ulama, saling memaafkan, yang diakhiri dengan pembacaan doa.


************
Tulisan ini saya kutip dari rubrik konsultasi adat;

diasuh oleh H. Badruzzaman Ismail, S.H., M.Hum
(Ketua Majelis Adat Aceh)
ACEH MAGAZINE | edisi III, Februari 2006

No comments