MENOLEH PERJALANAN BANGSA ACEH

MENOLEH PERJALANAN BANGSA ACEH

Oleh: Mursalin Basyah
MENOLEH PERJALANAN BANGSA ACEH
Aceh Lon Sayang

MENOLEH PERJALANAN BANGSA ACEHKilas Masa Lalu Aceh

Sejarah telah melukiskan kepribadian bangsa Aceh yang begitu gagah, berani dan pantang menyerah dalam membina dan membela tegaknya sebuah negara yang berdaulat, yang bermuatan Agama Allah, berpedoman kepada Al-Qur'an dan Sunnah, sehingga pada masa kegemilangannya, Aceh tercatat sebagai salah satu dari lima kerajaan islam super power di dunia. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah : Turki Usmaniyah yang berpusat di Istambul,Kerajaan Islam Maghribi di Afrika Utara,Kerajaan Islam Isfahan Di Timur tengah,Kerajaan Islam Akra di India dan Kerajaan Darussalam di Asia tenggara.

Terbentuknya sebuah kerajaan besar islam di Asia tenggara, yang dinamakan dengan kerajaan Aceh Darussalam, tidak terjadi dengan sendirinya, tapi itu semua dilatarbelakangi oleh perjuangan keras Sultan Alaiddin Ali Almughaiyah Syah dalam memersatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil yang ada diwilayah Aceh dan Sumatra Utara saat ini, yaitu : Kerajaan Daya di Aceh Barat,Kerajaan Aceh yang kini menjadi Aceh Besar dan Kota Banda Aceh,Kerajaan Pedir yang kini menjadi Kabupaten Pidie,Kerajaan Pase yang hari ini menjadi wilayah Aceh Utara,Kerajaan Linge yang saat ini menjadi wilayah Aceh Tengah,Kerajaan Peurelak dan Kerajaan Beunua yang sekarang menjadi bagian dari aceh Timur dan aceh Tamiang,Kerajaan Aru yang kini menjadi wilayah Sumatra Utara.

Dalam perjalanannya, Bangsa Aceh tak henti-henti berhadapan dengan para pejajah yang ingin mnundukkanya, penjajahan pertama dilakukan oleh kafir Portugis, para Mujahidin Aceh ketika itu, dipimpin oleh Sultan Almughaiyah Syah, penyerbuan luar biasa yang selalu digencarkan oleh raja Aceh tersebut, membuat Portugis terpaksa gulong lapak, lari terbirit-terbirit ke negaranya. Kemudian pada rabu 26 maret 1873, penjajahan kembali terjadi, marsose Belanda mendaratkan pasukannya di Pante Ceureumen Ulee Lheue di bawah pimpinan Mayor Jendral J.H.R. Kohler,dan ketika itu, serangan besar-besaran kembali dilakukan ke daratan Aceh. Namun setelah beberapa tahun berperang, Belanda mengalami gagal total dengan tewasnya Kohler,dan berakhir dengan angkat kaki, kembali ke negaranya.Tidak lama berselang waktu, Jepang yang pernah menjalin hubungan diplomasi dengan Aceh, mencoba memberanikan diri untuk ikut andil dalam menjajah Aceh, kekuatan Jepang tidak sepadan bila dbandingkan dengan penjajah sebelumnya, sehingga dalam kurun waktu yang tidak begitu lama, Jepang bernasib sebagaimana penjajah sebelumnya.

Pertahanan dan Perlawanan kaum mujahidin Aceh terhadap para penjajah telah membuktikan betapa hebat keteguhan iman dan watak Aceh yang sulit ditakklukan oleh penjajah manapun. Pasca berakhirnya penjajahan dan indonesia dinyatakan merdeka, bangsa Aceh kembali menghirup udara kemerdekaan. Di samping itu, para pemimpin aceh yang terdiri dari para ulama, mencoba mengelola Aceh dengan ketentuan Islam dan melaksanakan syri'at islam disana, namun yang sangat disayangkan, usaha tersebut tidak mendapat restu dari para pemimpin Indonesia yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang Nasionalisme-sekulerisme. Sehingga hal tersebut menimbulkan perlawanan antara para ulama dan rakyat Aceh dengan pemerintah RI, perselisihan tersebut yang tidak jauh beda dengan penjajahan sebelumnya, terus berlanjut dan berkepanjang melewati beberapa fase,mulai dari DI/TII, AM, dan GAM, dan telah memakan waktu puluhan tahun yang diakhiri dengan bencana tsunami.

Menuju Perubahan
Tanggal 15 Agustus 2005 semua rakyat Aceh bersujud syukur kepada Allah SWT. Hari tersebut sangat bersejarah, RI dan GAM berjabat tangan, “kreu seumangat” Aceh dalam kedamaian. Semua rakyat Aceh merdeka, bebas dari ketakutan (misteri yang dialami orangtua kita sampai pada kita sekarang ini). Anggota GAM turun gunung dan bernaung seperti masyarakat biasa lainnya, beranda dan ketawa bersama keluarga. Semua anggota TNI dan POLRI yang berstatus BKO ditarik mundur dari Aceh dengan syarat semua jenis senjata GAM dimusnahkan oleh AMM (Aceh Monitoring Mission) sebagai penengah dalam perdamaian Aceh.

Setelah terbentuknya MoU antara kedua belah pihak, kondisi Aceh kembali kondusif, semua masyarakat Aceh bisa bebas bergerak dan bebas dalam mencari rezeki sebagaimana yang mereka idam-idamkan selama konflik yang begitu panjang, partai-partai lokal pun mulai terbentuk dan ikut menyemarakkan pilkadasung, yang sangat menarik, hampir seluruh partai lokal memenangkan pesta demokrasi tersebut, baik di tingkat Kota, Kabupaten dan Provinsi, hal ini membuat masyarakat Aceh sangat bahagia, dengan berharap, terpimpinnya pemerintah Aceh oleh bangsa sendiri, Aceh akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Pemimpin Aceh yang terpilih ketika itu adalah pasangan Irwandi-Nazar, kedua-duanya pernah terlibat perlawanan dengan NKRI, sehingga membuat mereka pernah mendekap dalam penjara,namun, dengan latarbelakang pendidikan dan pengalaman-pengalaman yang sangat mapan, keduanya tak pernah mundur dalam membela nanggroe. Pada kedua aneuk nanggroe inilah jutaan masyarakat Aceh menaruh impian mereka, mereka berharap, tujuan peperangan pembelean yang sudah terjadi selama puluhan tahun, bisa terwujud dalam kesempatan ini, yaitu, terbentuknya sebuah pemerintahan yang mandiri dan maju, yang melandaskan syri'ah islamiyah dalam seluruh aspek kehidupan.

Dan sampai saat ini, lebih kurang tiga tahun sudah Aceh berada ditangan Irwandi, banyak perubahan dan kemajuan yang sudah muncul, terutama dari segi pembangunan dan perekonomian, begitu juga di segi lain, baik politik, pendidikan, kebudayaan , dan penerapan syariat islam, yang semua itu dalam proses mencapai kemajuan. Namun sebagaimana kaidah "no body perfect", dalam mencapai sebuah tujuan, takkan pernah luput dari tantangan dan kekurangan-kekurangan, semoga bangsa Aceh dapat menanggapinya dengan optimis. Wallahua'lam..

No comments