KEUNEUNONG, PENANGGALAN ACEH

KEUNEUNONG, PENANGGALAN ACEH

KEUNEUNONG, PENANGGALAN ACEH
Keuneunong, Penanggalan Aceh

KEUNEUNONG, PENANGGALAN ACEH

1. keunong dua ploh lhee (23 Jumadil Akhir, menurut tahun Hijriah).
Pada keunong ini, biasanya padi-padi di sawah mulai menguning, banyak yang rebah dan menjadi puso karena angin timur yang sangat kencang.
musem timu jak tarek pukat, musem barat jak meuniaga.Yang artinya musim timur (angin timur) lebih baik pergi melaut, musim barat (angin barat) lebih baik untuk berdagang, karena pada musim timur ombak tidak ganas. Sementara pada musim barat ombaknya ganas dan sering datangnya badai.

2. Keunong selanjutnya adalah keunoeng dua ploh sa (21 Ra’jab).
Pada musim ini biasanya padi di sawah mulai panen, atau khanduri blang (kenduri turun ke sawah) untuk memulai penyemaian benih. Dekade ini sering juga disebut sebagai musem luah blang dalam artian sawah-sawah sudah selesai panen.

3. Kemudian keunong sikureung blah,
biasanya keadaan iklimnya hampir sama dengan keunong dua ploh sa. Para petani mulai turun ke sawah. Selanjutnya keunong tujoh blah, pada dekade ini awal bertiupnya angin barat. Mengawali musim ini, para nelayan biasanya mengadakan khanduri laot (kenduri turun ke laut) karena pada musim barat ombak tidak besar.

4. Lalu keunong limong blah.
Pada musim ini sawah-sawah sudah siap digarap dan siap tanam dan di laut mulai ada badai. Pada pertengahan bulan Zulkaidah akan beralih ke keunoeng lhee blah, berlanjut ke keunong siblah dan terus ke keunong sikureung. Suatu hal yang sangat ganjil, mungkin juga fenomena alam, keunong sikureung ini menurut masyarakat pedesan, ditandai dengan banyaknya keureungkong (ketam darat) yang keluar dari lubangnya (keureungkong woe), entah sejauh mana korelasi antara keunong sikureung ini dengan keureungkong woe, tapi yang jelas pada dekade ini, suhu sangat panas.

5. Keunong tujoh lain lagi,
pada dekade ini, ditandai dengan banyaknya anjing yang menggonggong di malam hari. Karena biasanya jatuh pada bulan Safar, pada keunong tujoh biasanya tidak diadakan acara-acara pesta pernikahan, khitanan dan lain sebagainya, karena dianggap bulan yang naas. Pada akhir bulan ini biasanya masyarakat akan berbondong-bondong pergi untuk mandi ke laut, manoe rabu abeh istilahnya (mandi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar untuk membuang sial). Tapi tradisi tersebut kini sudah agak hilang, karena ada suatu pendapat yang katanya bertentangan dengan ajaran Islam, sebab kemalangan itu merupakan ketentuan dalam qada dan qadar, itu merupakan rahasia Tuhan yang tidak diketahui hamba, bukan terletak pada bulan-bulan tertentu.

6. Kemudian keunong limong,
ditandai dengan mulai bertiupnya angin timur dan para nelayan mulai melaut kembali.

7. Terakhir keunong sa,
pada musim ini, hujan sangat lebat dan cangguek poe (katak) akan bersuara di setiap kubangan. Bahkan kaitan antara keunong sa dengan katak ini diabadikan oleh masyarakat Aceh dalam sebuah teka-teki. Ta ek u gle ta koh bak jeumeureu, keudeh ta sadeu bak kayee raya, blet kilat khum geulanteu, kabeh meusiseu lam blang raya. Kaitan tersebut ada dalam jawaban teka-teki di atas, Bak ta jak-jak meuteumei situek, bak ta duek-duek ta cop keu tima, phop le di chen phop le di duek, nyan keuh cangguek musem keunong sa.

Para petani dan nelayan tradisional Aceh pun sampai kini memakai penanggalan tersebut sebagai dasar perkiraan melaut dan bertani. Hal ini seperti terungkap dalam hadih maja Keunong siblah tabu jareung, keunong sikureung rata-rata, keunong tujoh pih jeut mantong, keunong limong ulat seuba. Maksudnya pada keunoeng siblah baiknya benih padi disemai agak jarang sedikit. Keunong sikureung ditabur rata. Keunong tujoh¸ juga masih bisa, keunoeng limoeng itu sudah musim datangnya ulat daun.



Sumber : www.kaskus.us
RATM

No comments